Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog MA Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur Gapura Sumenep

Pertemuan Mutiara dengan Sang Penyair

Bisa dikatakan, ini merupakan perjumpaan yang amat langka dan tak bisa kita agendakan kapan saja kita mau. Keberuntungan bagi mereka yang berkesempatan menghadiri acara Workshop Kepenulisan di MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura dan berbincang renyah seputar sastra bersama penyair asal Jogja “Raudal Tanjung Banua dan Mahwi Air Tawar”.

Acara yang dijadwalkan tepat pada pukul 13.00 ternyata harus dimulai dua jam lebih awal, karena kepadatan jadwal fasilitator untuk mengisi Workshop di lain tempat. Akibatnya, panitia kalang kabut serta panik menyiapkannya dan banyak peserta yang mengeluh atas perubahan jadwal secara mendadak. “Aduhh… jadi gak bisa ikut KBM di sekolah hari ini, tapi gak apalah, itung-itung berbagi pengalaman dan demi Nasy’atul Muta’allimin yang memiliki semangat jurnalistik tinggi” ujar Fatati, salah satu peserta.

Di luar dugaan, walau sangat tergesa-gesa, acara yang diikuti 65 peserta siswi MA Nasy’atul Muta’allimin dan bertempat di Mushallah pesantren berlangsung cukup dikata lancar dan seru. Terutama saat kak Mahwi Air Tawar menyuguhkan cerita pendek sangat menarik yang disampaikan secara spontan. Hingga banyak teman-teman yang kagum dengan kejernihan berfikirnya yang hebat.

Sedikit tentang Mas Raudal, yang ternyata memiliki konsep berkarya yang sangat sederhana bahkan dari hal yang nyaris kita abaikan dan sering kali kita anggap sepele. Yakni silaturrahim. Baginya dengan kita menjalin silaturrahim merupakan sumber inspirasi yang tak akan pernah kering. Dia terus memotifasi peserta untuk terus berkarya, dan berkarya itu tidak harus sama atau bahkan meniru. Karena sumber inspirasi itu bukan hanya dari satu objek. “Karya sastra memiliki unsur pesan, baik tersurat maupun tersirat. Serta harus mengandung amanah. Sebab, kebanyakan karya sastra sekarang meninggalkan amanah” begitulah Mas Raudal menyarankan.

 Di akhir pemaparannya tentang penulisan karya sastra, ternyata masih banyak tanda tanya yang muncul di benak masing-masing peserta. Mulai dari mereka yang menanyakan latar belakang, dan proses Mas Raudal menjadi penyair terkenal, pentingnya pesan dalam puisi, sampai pada mereka yang menyampaikan kritik dan saran buat dia. Acara selesai sekitar pukul 14.00. “untung aku memilih ikut workshop, ternyata banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang aku dapatkan tentang dunia sastra, pokoknya aku gak nyesell dech…!!!” terdengar perbincangan renyah peserta di penghujung acara.

Teruslah membaca sebagai jaminan bahwa kalian mampu untuk bermimpi. Membaca dan menulis merupakan keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia sastra. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kak Mahwi Air Tawar dalam perbincangannya yang terakhir “syarat menulis adalah membaca” ujarnya | Nabala al Batul, Siti Romlah, Illaili

Sumenep, 16 November 2013