Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog MA Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur Gapura Sumenep

Kegiatan MA Putri NASA Gapura





Ulang Tahun Sanggar Kencana

MA putri Nasy'atul Muta'allimin Gapura pada tanggal 18 Januari 2019 dengan menghadirkan cerpnis nasional Juwairiyah Mawardi, kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun sekali untuk mengenang sanggar kencana sebagai wadah untuk belajar sastra di lingkungan madrasah aliyah putri.

kegiatan yang diawali dengan lomba kreasi puisi yang diikuti oleh perwakilan kelas se MA putri NASA dengan juri Matroni Muserang, F. Rizal Alief dan Khairul Umam.

dalam acara itu ditutup dengan seminar kesastraan yang di isi oleh Juwairiyah Mawardi yang banyak bercerita tentang proses kreatif menulis. mengapa harus sastra? bagi mbk Joe (panggilan akrab Juwairiyah Mawardi) karena hanya sastra yang mampu dunia rasa. bukan agama, bukan politik. sampai ia mencohtohkan novel tenggelamnya kapal vanderwech yang berkisah kesedihan, dan cerita sastra.

hal itu utama dan pertaman yang dilakukan oleh penulis adalah membaca. membaca merupakan alat utama bagi penulis. sampai mbk Joe bercerita anaknya yang baru MI sudah mampu menulis.

CATATAN MONITORING PERTAMA MPS PUTRA MA NASA GAPURA


Catatan Posko I

Dua hari sebelum pemberangkatan, panitia ditanya oleh salah salah satu GPL di Aula tempat pembekalan, kenapa Ketua IPNU disandingkan dengan siswa teladan tahun kemarin? Mereka berdua sama-sama pintar, buktinya kemarin mereka berdua yang diutus ikut lomba, panitia kurang adil, bla-bla-blaaa...
Kami paham, secara sekilas nampak ada ketimpangan dengan posko lain, wajar saja jika kemudian ada komentar atau lebih halus kritik membangun. Saat itu kami hanya menjawab seperlunya saja, inilah hasil proses seleksi panitia, anggap ijtihad kecil-kecilan kami.

Bagi kami, pengabdian di lapangan tak melulu mengandalkan kecerdasan otak, bukan hanya hegemoni mereka yang diberi kecerdasan lebih, bukan! Untuk bisa sukses di masyarakat, diperlukan kecerdasan emosional dan spritual.

Baiklah akan kami ulas, bagaimana pola hubungan peserta dengan pengasuh mushalla? Serta bagaimana interaksk mereka dengan masyarakat sekitar? Adakah program-program unggulan yang menjadi pembeda dari posko lainnya?
Jawabnya...
Catatan Posko I
(Part II)

Kegiatan harian, yang dilakukan posko I tak banyak berbeda dengan posko sebelumnya. Untuk memancing simpati masyarakat, mereka juga menjalin shilaturrahim, bertamu atau bertegur sapa bila berpapasan. Membersihkan jalan, membantu pembangunan rumah di depan posko, juga membantu proses pengeringan Ikan di Gudang.

Semua kegiatan di atas, rupanya sukses memikat simpati masyarakat.
Saat kami asyik membahas program kegiatan bimbingan diniyah, salah satu masyarakat tiba-tiba mendatangi posko, memanggil Faidi dan memberi bantuan pinjaman sepeda, "misal ada perlu silahkan dibawa sepeda saya, mau kemanapun silahkan, bahkan jika mau ke Sumenep saya persilahkan. Di rumah masih ada satu lagi tidak terpakai." Kata Bapak itu meyakinkan para peserta pengabdian.

Pola hubungan dengan pengasuh juga lumayan bagus. Mereka diberi kepercayaan membimbing murid diniyah sore hari. Sementara untuk formal pagi, pengasuh juga meminta sebagian tenaga pengabdian. (Ulasan lebih lengkap, Waka Humas Pak @Ma p. Hari mungkin bisa menambahkan, beliau lama berada di dhalem pengasuh)

Nah...di sinilah kami kira titik lemah posko I, program yang direncanakan, masih kurang menyentuh terhadap masyarakat. Mereka tampak terlalu asyik pada kegiatan bimbingan dan mengajar, baik di lembaga diniyah atau formal.

Saat kami baru sampai (kira-kira pukul 10 lewat beberapa menit, nah...mungkin persiapan Qailulah ini 🤣🤣🤣), masih saja ada anggota posko yang tidur di dalam posko. Mereka beralasan, masih menunggu panggilan masyarakat ke gudang Ikan, kira-kira pukul 11. Lantas, bagaimana jika tidak ada panggilan? Ya...jadilah mereka ibadah Qailulah di awal waktu.


Alih-alih menggerakkan masyarakat, mengatur anggota kelompoknya saja, ketua dengan sekretaris belum bisa. Siapa bertugas membantu di sekolah? Siapa yang harus keliling lingkungan sekitar? Siapa yang bertugas membantu di gudang? Tak ada jadwal, tak ada pembagian tugas, semua berjalan natural, menunggu panggilan masyarakat dan menanti pakon dari pengasuh.

Padahal, jika mereka mau membuka mata lebar-lebar, ada banyak kesempatan yang terbuka untuk posko I.

Sampai di sini, jelas sudah... Pengabdian bukan di ruang kelas, tak bisa hanya mengandalkan kecerdasan intelektual. Butuh kepekaan sosial yang tinggi, kesabaran dan kesungguhan di dalam menjalani.

Sebagai penutup catatan ringkas ini, berikut petikan percakapan panitia dengan Ketua Posko;
Panitia:" Bah... saran, masukan ban daftar hadir GPL ma' tak e esse'e nika? Ca'na baarik GPL-la entar ka'enja
Faidi: " Duh, ganikana pak...baarik laju tak mikkere ka ganika sakale, emok ban se mangganga Juko'''
Panitia: " Ehm...aberrik pestepes GPL"
AMBON-SOLO-BANDUNG-MERAUKE
Catatan Posko II

Setelah kurang lebih 1 Jam kami berada di Ust. Hamidi (posko V), tujuan selanjutnya adalah posko II. 100 meter sebelum mencapai posko, rombongan berpapasan dengan Ketua dan Sekretaris posko II serta satu orang anggotanya, mereka hendak ke madrasah Al-Hamidiyah, diminta menemani siswa belajar.

Sepintas, kondisi umum peserta pengabdian di posko ini tak begitu jauh dengan posko sebelumnya, cukup baik. Atribut kelengkapan posko sudah terpampang rapi, proker dan cek list juga sudah ada. (Ulasan lebih lanjut perihal administrasi, silahkan sahabat Zainul menambahkan)

Hubungan dengan pengasuh juga terjalin sangat baik, walau tidak ada kegiatan tausiyah langsung dari pengasuh, akan tetapi melihat secara langsung kedekatan dan keakraban antara peserta pengabdian posko II dengan tuan rumah, sungguh sangat membanggakan.

Dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, posko II juga sudah melaksanakan kewajiban mereka dengan cukup baik, bershilaturrahim, mendatangi alumni hingga menyebar membantu masyarakat, baik di kebun, atau di rumah-rumah. Satu kardus Mie Instan, Beras dan aneka kebutuhan dapur lainnya hasil sumbangan masyarakay, rasanya cukup menjadi bukti bahwa keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat cukup membanggakan.

Hanya dalam waktu satu minggu, rasanya mereka sudah sanggup mendatangkan rasa simpati dari masyarakat setempat. " e ka'dinto na'kana' kapolana seggut atanak dibik pak, tape narema mattana dari masyarakat agili teros"

Akan tetapi, ada sedikit ironi dari posko II asuhan Ust. Hayadi ini, tingkat kebersihan posko nampak kurang terjaga dengan baik, adanya sampah di dalam posko yang masih menumpuk, bantal yang tercecer di dalam Mushalla, ditambah sampah di halaman posko yang menggunung begitu saja, sangat mengganggu pemandangan.

Sebelum catatan ini ditutup, beberapa hal perlu diperhatikan:
1. ziarah kubur perlu dijadikan agenda kegiatan
2. Bimbingan Praktik Ubudiyah juga tak kalah penting untuk dijadikan proker.
3. Diusahakan lebih peka pada lingkungan sekitar.

Terahir, kami (panitia) tetap menunggu inovasi-inovasi yang ditampilkan dari posko II, kami yakin bakal ada kejutan luar biasa dari GPL yang sudah kenyang pengalaman sebagai sekretaris panitia MPS, GPL yang sudah handal & teruji, yang tak pernah mengeluh. Jangankan kerikil tak berdosa, laut dan Gunungpun akan takluk di tangan dinginnya.

Catatan Posko IV
Ini posko spesial, kami sarankan, sediakan tissu sebelum berniat melanjutkan membaca catatan kecil ini, atau sapu tangan untuk jaga-jaga air mata haru nenetes. Mohon maaf dilarang tertawa, sebab akan melukai perasaan mereka. 🤣😂😂

Pukul Sembilan lewat sepuluh menit, sepeda motor kami sudah parkir di halaman masjid Nurur Rasyadiyah. Dua orang anggota posko yang sedang lahap menikmati mie Sedaap di emperan masjid, terkejut melihat kedatangan kami. Satu orang tergesa-gesa membangunkan temannya di dalam kamar samping masjid, sementara satunya lagi menyambut kami dengan senyum.
Sepertinya, hampir semua anggota posko tidak kemana-mana, kecuali dua orang sedang mendapat giliran tugas membantu madrasah.

Berbarengan dengan panitia yang sedang memantau draft proker, secara tak sengaja Bapak Waka Humas mendapati anggota posko masih tidur pulas, tanpa alas, di saat temannya yang lain sudah ada di dalam kelas.
Mudah ditebak, ini pasti memang pemalas, Pak Hari membatin.
Padahal masih terlalu pagi jika niatnya tidur Qailulah, di dalam masjid pula.


Kami berempat, duduk bersama dengan anggota posko, di ruangan samping masjid. Tidak seperti posko sebelumnya, kali ini Bapak Hari ikut duduk bersama, sebab belum bisa bertemu dengan Pengasuh masjid. Menurut kabar, pengasuh sulit ditemui pada siang hari.

Setelah sahabat Zainul melaksanakan tugasnya, introgasi seputar administrasi dan kearsipan, suasana hening sejenak.
Sedari awal saya sendiri lebih memilih diam, mengamati kondisi ruangan posko yang nampak berantakan, melirik wadah makanan yang bercampur dengan segala macam kue. "Aduh... mara pengungsi korban banjir kose". Respon Zainul saat pertama kali masuk ruangan.

Kini, giliran saya yang bertugas menanyakan, apa saja yang telah mereka kerjakan serta kendala-kendala yang mereka hadapi. Dari sinilah cerita pilu itu dimulai. Berdasarkan penuturan Ketua Posko, mereka mengalami sedikit kesulitan dalam membangun relasi sosial. Mereka masih sedikit canggung untuk membuka diri, melebur ke tengah masyarakat. Sulitnya konsultasi dengan GPL, menjadi salah satu faktor mereka kebingungan di tempat pengabdian. Maklum, sinyal telepon benar-benar tidak bersahabat. Bahkan, seakan kelompok mereka menjadi kelompok paling terisolir dari komunikasi dan informasi. Secara geografis juga kurang mendukung, berada di paling ujung, berdampingan dengan Laut di sebelah timur dan hutan pohon jati di sebelah selatan.

Faktor lainnya adalah karena belum maksimal menjalin hubungan dengan pengasuh masjid, juga bisa dimaklumi sebenarnya. Sebab kewajiban lain pengasuh, sehingga sulit anggota posko untuk meminta arahan dan bimbingan. Dan membuat hati miris lagi, ternyata GPL posko inipun ternyata menitip peserta hanya kepada Ketua Takmir, karena pengasuh sedang ada tanggung jawab di luar.

Selain dua faktor di atas, penyebab lain yang membuat posko ini 'kurang sehat' adalah kondisi internal yang kurang harmonis.
" kendalana bada anggota se korang semangat pak, se parah esoro ka barak entar ka temur, pokok ngalak karebba dibik nah, ganika malessoan ka se laen jugan. " Keluh sang ketua.
Dalam hal ini, besar harapan kami pada GPL untuk segera mengunjungi mereka, sebab satu-satunya posko yang masih 'perawan' dikunjingi GPL. Ada banyak PR yang perlu dikerjakan dan membutuhkan bantuan GPL.

Kendati demikian, di tengah-tengah rumitnya persoalan, banyaknya tantangan dan rintangan, kami masih melihat cahaya harapan dari sebagian peserta yang dengan penuh semangat, ikhlas dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengabdian. Mereka yang tidak betah jika ada di posko, mereka yang dengan rela meluangkan waktu istirahat demi mencari masyarakat yang butuh bantuan. Mereka yang berebut memberi minum Hewan ternak, walau tidak diperkenankan masih memaksa, hingga saling tarik menarik dengan pemilik Sapi. 😅😅😅

Oh...ya, untuk Ketua posko dan sekretaris, tak usah kendor semangatnya, jangan sampai lemas, apalagi putus asa. Ini baru awal, waktu kalian masih banyak, terus belajar dari kegagalan. Yakinlah badai pasti berlalu. Bagaimanapun juga kami panitia justru sangat kagum pada kalian. Walau dalam kondisi pincang seperti ini, dengan segala keterbatasan, kalian masih sanggup menyelesaikan dengan baik tanggung jawab pembuatan program kerja, cek list dan administrasi lainnya. Kalian sanggup bertahan menghadapi gelombang cobaan dan rintangan, hanya orang berjiwa pemberani dan tangguh yang berhasil melewati arus dan ganasnya ombak di lautan.

Terakhir...tanpa menunggu perayaan Haflah, izinkan saya pribadi, mengucapkan selamat; "Kalianlah juara di hati kami!!!.
Catatan Posko V
Secara umum kondisi posko V baik, Program kerja sudah dirancang, dibuat ceklist serta kelengkapan administrasi lainnya cukup lengkap (walau mungkin ada beberapa yang harus dibenahi, silahkan Sahabat Zainol Hasan menambah).

Pola hubungan dengan pengasuh posko juga terjalin baik, hal ini dibuktikan dengan kegiatan mauidzah dari pengasuh bagi seluruh peserta pengabdian pada waktu-waktu tertentu. Menjadi keuntungan tersendiri bagi posko V, pengawasan dari pengasuh mushalla sangat tinggi, ditambah lagi salah satu alumni MA NASA (Bapak Ismail) yang aktif mendorong dan memberikan arahan demi suksesnya kegiatan.

Pola interaksi sosial peserta pengabdian dengan masyarakat juga terjalin cukup baik. Kegiatan bersih-bersih jalan, Baksos di Masjid atau di Kuburan juga sudah terlaksana dengan baik. Paling tidak, untuk menarik simpati masyarakat kegiatan yang dilakukan oleh posko V sudah bagus.

Setidaknya, adanya daftar antrian masyarakat untuk menyumbang makanan bagi peserta pengabdian (menurut pengasuh mushalla), menjadi bukti tak terelakkan bahwa masyarakat sangat mengapresiasi kinerja posko.

Nah... namun jangan berpuas dulu, tentu juga ada sedikit catatan perbaikan. Segenap elemen posko (seluruh anggota dan GPL) perlu kiranya menganalisis ulang kegiatan yang telah dirancang guna pengembangan gerakan. Sebab dampak kegiatan dari berbagai program, terasa belum punya nilai tawar yang lebih, masih hambar, terkesan itu-itu saja, belum ada terobosan baru. Bahkan terkesan jalan di tempat (Kata Sahabat Zainul; aenter-enter e rongkangnga dibik perak 😅🙏). Respon masyarakat hanya sampai pada level simpati, terkesan atau mungkin kasihan saja. Untuk sampai pada tahap bisa menggerakkan rasanya perlu upaya lebih keras.


Padahal, seandainya mau membuka ruang, dan berani pada tantangan, potensi yang ada di kelompok V sangat besar. Apa saja potensi besarnya? Bisakah kelompok V keluar dari zona nyaman, menjadikan tantangan sebagai peluang emas bertabur berlian?😅

Kita nantikan bersama gebrakan dari GPL Ust. Suyuti dan prajuritnya.