Nurul Maudila
Pantai Lombang dengan
pemandangan lugunya,dengan hamparan pasir yang mengubur banyak harta karun
kenangan masa lalu dan kunci peradaban pada masa yang akan datang selalu jadi
perbincangan hangat para penduduk dari luar atau dalam Madura. Pantai
bersejarah ini merupakan salah satu tempat pariwisata yang dikenal dan tidak
asing lagi untuk didengar. Ada banyak keindahan tersendiri yang tersimpan mulai
dari denting reranting yang gemulai,ketenangan dedahan cemara ketika dicumbui
angin beraroma laut khas,hamparan pasir putih yang empuk ketika dilewati
selisipan kaki manusia,siapa pun akan rindu perihal kenang yang disimpan di
sana. Banyak para wisatawan yang datang jauh jauh untuk menikmati keluguan dan
kesegaran lombang yang sampai saat ini masih terjaga. Ada dari mereka yang datang
untuk menikmati bulir pasir yang terhampar,ada pula yang ingin merenangi
lautannya,ada pula yang ingin melihat kerang dan kerangnya,ada pula yang ingin
menyegarkan kepiluannya,ada pula yang ingin membuat kenangan pahitnya,dan ada
pula di antara mereka yang ingin bermain dengan dedahan dan reranting lalu
menggantung kenangan mereka sendiri.
Selain menjadi tempt pariwisata,pantai
lombang pun menjadi sarana perekonomian masyarakat untuk mencari kebutuhan
hidup mereka per harinya. Contohnya saja ada dari mereka yang menjual aneka
makanan dan minuman ala lombang yang menjadi pemuas dan penunda lapar para
pengunjung di sana. Dialek mereka pun juga sangat khas ketika didengar,hal itu membuktikan
bahwa Indonesia ini memang kaya akan bahasa. Adanya lombang ini memang memberi
keteduhan bagi wisatawan baik itu dengan pasirnya,lautannya,atau pohon
cemaranya.
Ada sejarah tersendiri yang disimpan oleh
pantai ini,sejarah yang menjadikannya tetap ada dan tetap terkenang. Salah
satunya adalah hutan Cemara Udangnya. Hutan yang menyimpan kisah asmara yang
digantung di reranting dan batang cemaranya. Kenangan inilah yang tetap
tertampung mesra di hati para masyarakat
Konon di sana pernah terjalin asmara dari
Pangeran Jaka Lombang dari kerajaan kecil bernama Candiraja dengan Putri Cemara Udang. Kerajaan tersebut makmur dan
kaya raya,tanahnya penuh dengan rezeki Tuhan,hasil lautnya pun melimpah.
Rakyat-rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Daerah pantai utara menjadi sumber
pendapatan para nelayan. Di sanalah ikan dan udang berseliweran begitu
melimpah. Ada dari mereka yang berprofesi sebagai nelayan,petani,dan lain lain.
Sang raja memerintah dengan adil dan
bijaksana serta dermawan. Raja tersebut sangat mengutamakan kepentingan
rakyatnya sehingga rakyatnya sangat mematuhi dan menyeganinya. Sayangnya,raja
tersebut memiliki permaisuri yang congkak yang selalu mengagungkan
kekayaannya,perhiasan yang dipakainya selalu dipamerkan untuk menandakan bahwa
dia seorang perempuan sempurna yang mewah dengan perhiasan mahal. Pangeran Jaka
Lombang adalah putra yang lahir dari buncah keringatnya. Seorang pemuda yang
adil,bijaksana serta menghormati orang lain meskipun bukan dari kalangan
bangsawan.
Pangeran Jaka Lombang menjalani kisah asmara
dengan wanita desa bernama Radina. Wanita yang cantik dan baik tapi sayang
sekali derajatnya tidak sesuai dengan derajat yang dimiliki oleh Jaka Lombang
sehingga membuat permaisuri tidak bisa menerima cinta yang dijalani putranya
sehingga dipanggillah Jaka Lombang untuk menghadap. “Betulkah engkau menjalani
asmara dengan seorang gadis legung yang miskin anak seorang nelayan ang
derajatnya rendah wahai putraku?” Tanya permaisuri “Memang betul ibunda,hamba
sangat mencintai Radina,dia seorang wanita yang mulia. Hamba ingin
menjadikannya seorang istri sebab ayahanda sudah menyetujui hubungan kami
bunda..” Jawab Jaka Lombang. “Kamu harus mencari wanita bangsawan yang pantas
mendampingimu pangeran,bukan seorang gadis miskin dari kalangan yang berbeda.
Ayahmu menyetujui hubungan kalian karena ayahmu itu lemah. Memalukan sekali
seorang pangeran menikahi gadis miskin tidak berguna,tidak ada untungnya
sekali. Aku tidak merestui kalian. Dan mulai sekarang kautidak boleh keluar menemuinya
lagi.” Semenjak percekcokan itu terjadi,diam-diam permaisuri telah
memerintahkan prajurit untuk menyingkirkan Radina,dibuanglah Radina ke suatu
pulau terpencil. Saat mengetahui hilangnya Radina,pangeran Jaka Lombang sangat
merasa kehilangan dan putus asa.
Suatu
hari,terjadilah bencana kelaparan melanda masyarakat di seluruh Madura. Tanah
gersang tanaman-tanaman kering,tak satu pun nelayan bisa menangkap seliwer ikan
lagi. Diam diam Jaka Lombang menemui penduduk desa. Tepat di wilayah perbukitan
sebelah selatan desa Legung banyak rakyat yang mati terbengkalai seperti batang. “Perkampungan ini penuh dengan batang. Suatu saat bila kaudatang ke
kampung ini ingatlah sebagai kampung batang,bantulah
pendududknya dari bencana kelaparan,ajarkanlah mereka bercocok tanam dengan
benar agar bencana ini tidak terulang lagi.” Memikirkan hal ini sang raja
menjadi sedih. Dia memanggil pejabatnya untuk saling bertukar saran atas
terjadinya masalah krisis ekonomi yang seperti ini tetapi para pejabat malah
berebut memberi saran sehingga membuat sang raja murka,suasana pun tidak lagi ramah. Pangeran Jaka Lombang
membuka suara “Ampun ayahanda, hamba ingin memberikan usul,ijinkanlah putramu
merantau agar hamba bisa menyelesaikan masalah semacam ini. Hamba akan mencari
petunjuk kepada Allah.” Akhirnya raja mengizinkannya. Berangkatlah Jaka Lombang
bersama kedua prajurit setianya untuk mencari jalan keluar bagi masalah ini.
Sampai di sebuah hutan dia bertapa di atas batu besar berbulan-bulan hingga
tampaklah wajah bersinar,batu tersebut bagaikan rata seperti hamparan tikar
,prajuritnya terkagum sehingga batu tersebut dijuluki dengan Toteker yang sampai saat ini masih ada.
Jaka Lombang dan prajuritnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan,menyeberangi
laut,dan pergi ke sebuah pulau. Di sana dia melihat seorang kakek yang minta
tolong karena kambingnya dibawa oleh prajurit. Ia menjerit jerit untuk tidak
diambil kambingnya,punggung kakek tersebut dipukuli. “Kalian ini prajurit macam
apa,siapa yang memerintahkan kalian untuk mengambil hak orang secara
paksa,kerajaan tidak pernah memeritahkan kalian untuk menarik pajak yang besar”
ucap Jaka Lombang. “Siapa kamu berani mencampuri urusan kami.” Bentak mereka
“Kalian tidak mengenal siapa aku,lihatlah baik baik siapa aku !” seketika wajah
prajurit menjadi pucat pasi “Ampun pangeran,kami hanya menerima perintah dari
permaisuri.” Jaka Lombang tampak pilu,mendengar sikap ibunya belum juga berubah
tetap tamak kepada harta,terkenanglah wajah cantik Radina. “Jangan diulangi
lagi !” perintah Jaka Lombang. Kemudian mereka berlayar ke laut utara akhirnya
sampailah mereka ke pulau Nusa Udang pualu yang jauh tepatnya di sebelah utara
pulau Madura. Bertemulah Jaka Lombang dengan seorang gadis jelita sesuai dengan
petunjuk yang ada di semedinya,wajah itu tidak asing baginya. Tidak salah
lagi,dia adalah Radina wanita yang amat dicintainya. “Bukankah engkau adalah
Radina,wanita yang amat kupuja selama ini.” Jelas pangeran “Aku bukan Radina
lagi, dia telah pergi. Sekarang aku adalah putri Cemara penguasa pulau
ini,marilah ikut aku. Aku akan menolongmu.” Cemara memberikan bungkusan kepada
pangeran Jaka Lombang. “Sungguh mulia hatimu.” Puji Jaka Lombang.
“Pulanglah,bukalah bungkusan tersebut dan tanamlah.”
Sampailah Jaka Lombang di kerajaan. Jaka
Lombang mengikuti cara yang diberikan oleh Putri Cemara. Disaksikanlah
pembukaan bungkusan tersebut oleh para pejabat dan ayahandanya sendiri. Pelan
pelan dia membukanya. Tertegunlah Jaka Lombang ketika melihat isi bungkusan tersebut
adalah potongan rambut dan kuku. Segeralah Jaka Lombang menanamnya tak jauh
dari pantai. Hari-hari telah dilewati,tanaman itu kini tumbuh menjadi hutan
Cemara yang subur,ajaib sekali. Bentuk dedaunannya bagaikan barisan udang yang
bergerak tertiup angin. Para nelayan bahagia sekali sebb bersamaan dengan
tumbuhnya tanaman tersebut ikan dan udang juga tiba tiba datang
berseliweran,tangkapan mereka melimpah. Krisis ekonomi tersebut samar samar
telah hilang. Hati rakyat berdesir,semua itu berkat bantuan dari Putri Cemara
Udang dan perjuangan Jaka Lombang. Oleh sebab itu hutan tersebut dinamakan
sebagai hutan Cemara Udang,sedangkan pantainya dinamakan pantai Lombang.
Demikianlah kisah asmara dari Jaka Lombang dan Cemara Udang. Setelah sekian
lama menikmati rundung perpisahan,rindang hasil perjuangan pun datang berdesir
pada mereka. Asmara mereka memberikan keuntungan bagi rakyat dan berkat hal itu
mereka dikenang sebagai dua sejoli yang memberikan keuntungan tiada terkira.
Tuntaslah kisah ini setelah menyelesaikan juang yang berakhir dengan limpahan
kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar