Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog MA Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur Gapura Sumenep

Ayat-Ayat Allah (catatan perjalanan MPS)


Oleh: Hayadi, S.Pd

Pada hari kamis tgl 27 Desember 2018 adalah hari keberangkatan santri MPS menuju lokasi di Talango Poteran. Saya salah satu GPL (Guru Pembimbing Lapangan) yang harus ikut serta dalam rombongan Santri MPS tersebut guna memasrahkn sepenuhnya kepada Kiai/Ustad disana untuk membimbing, memberikan arahan pada para santri, taip di lain hal, pada hari itu saya harus menghadiri undangan tetangga terlebih dahulu yang kebetulan keberangkatan santri MPS sama waktunya dengan undangan, lain lagi setelah itu saya harus mengantar nasi ke sawah untuk para pekerja.
Keinginan hati, saya harus bisa melakukan hal tersebut tanpa tercecer sehingga tidak terkesan merusak program panitia yang telah terencana dengan baik, akhirnya saya harus mengejar keterlambatan saya untuk mengiringi rombongan santri dengan jalan pintas melalui perahu kecil di desa Takerbhuy untuk menuju pelabuhan Kalianget yang sudah menunggunya sejak tadi dan setelah itu saya pun harus menyebrangi lautan dengan perahu agak besar (Tonkang) untuk sampai ke pulau Poteran yang merupakan tempat dimana para santri MPS itu akan melakukan pengabdiannya.

Setelah berlalu dari dermaga Talango, sesegera mungkin kutancapkan gas motor bak Valentine Rossy mengejar lawanya, satu jam berlalu dari perjalanan,tak lupa aku tanyakan pada orang di pinggir jalan akan tempat yg saya tuju, karena informasi dari panitia kurang falid dan sinyal hp yg begitu minim disana sehingga membuat saya selalu bertanya pada orang-orang di tempat yang memungkinkan kalau tempat yang saya tuju itu sdh dekat, sebagaimana kata pepatah: "malu bertanya sesat di jalan".
Setelah lama sering bertanya, akhirnya sampai juga pada tempat yang saya tuju, menurut saya, karena nama mesjid n desanya sudah benar tapi kok tidak keliatan para santri disana, akhirnya salah seorang menyuruh saya untuk menemui salah seorang sesepuh yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari masjid yang berada di pinggir jalan, selang beberapa menit bertamu pada sesepuh lalu salah seorang panitia yang memang siap untuk menggantikan saya menghubungi saya kalau tempat yang saya tuju di ......(dg lengkap), akhirnya saya pamit pada sesepuh kalau ini bukanlah tempat yang saya tuju, walaupun ia selalu mengajak saya untuk tidak terburu-buru agar bisa ngobrol panjang lebar mengenai MPS,dan ia selalu meminta saya untuk bisa memberikan beberapa santri untuk bisa menempati daerah sesepuh itu dalam pengabdianya pada hari itu juga, batin saya berkata: "apa makna ayat Allah ini".
Mendengar informasi yang sudah falid dari panitia, kembali saya menikmati pencarian tempat yang saya tuju bersama motor hasil jerih payah saya yang selalu menemani saya dalam kesepian perjalanan, disaat sudah hampir dekat lokasi yang saya tuju, tiba-tiba kerikil-kerikil tak berdosa mengusik saya sehingga membuat saya terpleset dan  jatuh dari motor yang mengakibatkan sedikit lecet lutut sampai-sampai seorang ibu menolong mendirikan motor yang telah menimpa saya dan sambil menenangkan ibu kalau saya tidak apa-apa walaupun rasa nyerih pada lutut masih terasa, saya bertanya pada dia, apa benar ini ...... (tempat yg diinformasikn panitia), lagi-lagi saya kebingungan karena tempat sudah benar sebagaimana dikatakan panitia tapi ibu tidak melihat ada rombongan santri datang ke tempat/mesjid itu, lalu ibu itu menunjukkan arah dimana tempat/mesjid dan pengasuh dengan nama yang sama juga ada disana, selang beberapa menit untuk sampai kesana lalu bertemu dengan GPL dan Panitia yang lain beserta para santri dengan senyum penuh tanda tanya dan ia pun mengantar saya dimana tempat yang saya tuju.
Dan setibanya disana, saya lihat para santri langsung melakukan salah satu bentuk pengabdianya yaitu takziyah ke tetangga sebelum mereka melepas lelah dan mengemasi barang-barang yang dibawanya yang mana rumah shohibul mushibah tersebut sangat berdekatan dengan lokasi Pengasuh dan tempat MPS. Seakan-akan bentuk hamparan pengabdian sudah menyambut kedatangannya. Sehingga menimbulkan tanda tanya: apa makna ayat kedua yg diberikan Allah ini.

Pembekalan Masa Pengabdian Santri MA Putra NASA Gapura

pemateri MPS Zainul Hasan di Aula MA Nasa Gapura


Masa Pengabdian Santri (MPS) hari ini siswa MA Putra Nasy’atul Muta’allimin Gapura sedang mengikuti Pembekalan “Strategi Pengembangan Masyarakat” yang di sampaikan oleh Zainul Hasan salah satu pengurus PC NU Sumenep, mengatakan bahwa Pengembangan Masyarakat itu penting sebagai usaha agar masyarakat memiliki wawasan baru dalam aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara maupun kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Lebih lanjut Hasan menyampaikan kondisi pesantren akan berbeda dengan kondisi masyarakat, oleh karena itu kalian harus betul-betul paham kondisi masyarkat, landasnya, ketika mengisi acara pembekalan di Aula MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura.
Maka santri ketika terjun ke masyarakat membutuhkan bekal pertama planning yang jelas, kedua harus ada komunitas dan musywarah antara peserta MPS, ketiga santri harus jujur ketika hidup bersama masyarakat, keempat harus mampu menciptakan alternatif kelima harus kreatif dalam mencintaptakan kondisi masyarakat dan bertemu dengan masyarakat, keenam harus mempu menciptakan re-generasi di masyarakat, sehingga ada kepedulian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dengan sentuhan santri MPS, ketuju harus paham dampak dan akibat yang akan ditimbulkan ketika seorang santri ada di masyarakat dan terakhir santri harus memiliki skill yang cukup untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. (roni/)


Tulisan Faishol Putra K. Masnan Gapura Tengah untuk gurunya, Kyai Syahid

GURU. Pak Syahid guru Bahasa Arab kami saat Tsanawiyah-Aliyah di Nasyatul Muta'allimin, Gapura, Sumenep, Madura, dulu. Dia bukan lulusan pesantren terkenal, hanya lulusan Aliyah di madrasah kami. Tapi dia pandai dan paham betul Bahasa Arab. Lidahnya juga Ngarab. Metode mengajarnya menyenangkan, padahal dia bukan sarjana pendidikan. Saat mengajar, pengantarnya bahasa Arab. Tak boleh Madura atau Indonesia. Ismahi-lii an atakallam bil-lughatil 'arobiyyah..., itu kalimat yang saya ingat sampai sekarang saat disuruh maju dan bercakap Arab oleh Pak Syahid. 2000 awal, Pak Syahid menginap di kampus kami di Surabaya. Dia ikut pelatihan. Malam saat santai, kami ajak beliau ngopi di dekat kampus. Teman2nya ikut. Di warung kopi, kami hanya plonga-plongo. Pak Syahid sudah fasih bercakap2 Bahasa Inggris dengan teman2nya. Lidahnya saat itu sudah Nginggris. Padahal, beliau bukan sarjana bahasa. Cerita teman sebayanya, dulu di kelas Pak Syahid suka tidur. Tapi dia selalu bisa menjawab saat ditanya materi yang diajarkan sang guru. "Setiap malam aku baca buku semalaman, makanya ketika di kelas aku biasa tertidur. Aku bisa jawab pertanyaan guru karena sudah baca duluan, bukan karena ladunni." Sehat selalu, Guru. Amien...