Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog MA Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur Gapura Sumenep

Ta’dhim



Untuk menjadi santri dan murid itu tidak mudah, Kata Kiai Asy’ari. Kita membutuhkan keta’dhiman yang harus ditanamkan dalam jiwa-jiwanya, agar menjadi santri dan murid itu mudah, maka harus ta'dhim. Ta'dhim terhadap guru, ta’dhim terhadap orang tua yang sekaligus guru, ta’dhin terhadap apa yang dimiliki guru, ta’dhim terhadai anak-anak guru, dan lain-lain yang berhubungan dengan guru. Sebab ta'dhim lebih tinggi dari pada patuh.
Dalam catatan sejarah kalau santri nyabis (soan) ke dalem kiai/guru sandalnya dilepas dikejauhan. Itu dilakukan sebagai bentuk ta’dhim santri dan murid terhadap guru, sebab itu adalah salah satu bagian dari proses santri dan murid memiliki memiliki lmu yg bermfaat di dunia dan akhirat, sebab lebih baik ta’dim, sedikit membaca, daripada banyak mebaca tapi tidak ada ta’dim. Idealnya memang lebih banyak membaca dan belajar sekaligus ta'dhim. Ada sebuah cerita dari K.H Asy’ari Marsuqi beliau sebagai mustasyar MWC NU Gapura beliau bercerita dulu ketika K. H.Habib mau soan naik motor bersama K.H Hasani (santri K. Habib) ke an-Nuqayah di pertigaan jalan pesantren tiba-tiba ada K. Fikri (waktu itu masih dan baru bisa jalan kaki) K. Habib menepuk-nepuk pundak K. H. Hasani, “berhenti, turun” K.H Habib turun dari sepeda motornya, setelah K. Fikri tidak ada, kemudian K. Hasani bertanya, “Mengapa tadi jenengan turun?”, “tadi yang lari-lari itu putranya K.H Warist” jawab K.H Habib.
Ada cerita lagi K. Afif Andulang yang lulus SD kelas 6, tapi beliau di sekolah mampu mengajar MA, Mts dan MI, rahasianya mengapa K.H Afif yang lulusan SD mampu mengajar di semua tingkatan, karena ilmu beliau “merdhi, selalu hidup. Itulah sekelimut cerita yang disampaikan K.H Asy’ari Marzuqi ketika siswa akhir MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura melakukan Praktek baca al-Qur’an sebagai syarat kelulusan (roni).  

12 November 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar